Wonokromo, Surabaya - Surabaya merupakan kota yang mempunyai
beberapa aliran sungai seperi sungai Brantas, Kalimas, dan beberapa anak
sungai. Maka dari itu terdapat empat pintu air yang mengatur arus perairan di dalam
kota antara lain, pintu air Gunungsari, Jagir, Wonokromo, dan Gubeng.
Keberadaan empat pintu air ini sudah ada sejak zaman kolonialisme Belanda.
Dari keempat pintu air di Surabaya terdapat
dua pintu air yang berada di Surabaya bagian Selatan dan dikelola oleh
Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta 1 yaitu pintu air Jagir dan pintu air
Wonokromo.
Sejarah
Pintu Air Jagir
Pintu Air Jagir dibangun pada tahun 1917 pada
saat masa pemerintahan Belanda. Tujuan dibangun untuk mengantisipasi banjir dan
membatasi masuknya air ke Surabaya.
Di balik megahnya pintu air Jagir, para sejarawan
berpendapat ketika pasukan Tar-Tar yang merupakan bala tentara Raja Kubilai
Khan dari Kerajaan Mongolia hendak menyerang Kediri. Di sekitar pintu air
inilah kapal-kapal perang tentara Tar-Tar bersauh sebelum menghancurkan
Kerajaan Kediri.
Kerajaan Kediri kala itu diperintah oleh Prabu
Jayakatwang. Perasaan dendam kesumat dan sakit hati yang begitu mendalam Raja
Kubilai Khan terhadap Kertanegara belum terbalaskan. Lalu dilakukanlah
penyerangan kembali ke Jawa. Sejarah sudah berubah. Kertanegara yang merupakan
raja terakhir Kerajaan Singosari itu jauh-jauh hari sebelum kedatangan bala
tentara Tar-Tar ternyata sudah tewas ditangan Jayakatwang. Sementara Kubilai
Khan mengira Kertanegara masih hidup.
Pertempuran pasukan Tar-Tar dengan Jayakatwang dari Kediri tak terelakkan lagi
hingga akhirnya Jayakatwang tewas. Dalam pertempuran itu bala tentara Tar-Tar
kehilangan banyak pasukan. Kesempatan ini dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh
Raden Wijaya dengan bantuan Arya Wiraraja dari Madura untuk balik menggempur
pasukan Tar-Tar yang sudah kocar-kacir itu.
Akhirnya pasukan Tar-Tar dipukul mundur dan sebagian lagi diusir kembali ke
negaranya. Maka kemudian berdirilah Kerajaan Majapahit dengan Raden Wijaya
sebagai raja pertamanya.
Sejarah
pintu air Wonokromo
Pintu air Wonokromo semula terdiri dari dua
bentang, yaitu pintu stoplock dan
jalur pelayaran. Setiap pintunya ini dibangun pada tahun 1917 yang terletak
pada hulu Kalimas, diantara percabangan Kalimas dan Kali Wonokromo Surabaya.
Pintu air ini dibangun dengan tujuan untuk
mengatur debit banjir kali Surabaya ke Kalimas, air irigrasi, air industri dan
pengaturan air untuk PDAM di Ngagel serta untuk pelayaran.
Pada tahun 1991 pintu air ini direhabilitasi
oleh proyek Brantas karena pintunya yang sudah termakan usia dan pembangunannya
selesai pada tahun 1993 dengan fungsi utama untuk pengendalian banjir.
Mitos
pintu air Jagir dan pintu air Wonokromo
Pintua air yang sudah didirikan sejak jaman Belandam membuat banyak cerita seram dan mitos yang hadir di
setiap pintu air. Mitos mengenai adanya siluman buaya putih yang berada di
bawah pintu air Jagir hingga sebutan Rolak
Lanang untuk pintu air Jagir dan Rolak
Wedok untuk pintu air Wonokromo.
Mitos adanya siluman buaya putih sebenarnya
tidak hanya berada di pintu air Jagir saja. Namun siluman ini dikatakan oleh
warga sekitar Jagir berada di sepanjang sungai Jagir hingga ke muara.
“Kalau boyo
putih itu ada di Wonorejo, kalau disini ndak
ada. Itu cuma mitos jaman dulu aja,” ujar Sugianto yang biasa memancing di sekitar
pintu air Jagir.
Sugianto menambahkan selain buaya putih ada juga
penunggu lain di setiap pintu air. Biasanya warga sekitar menyebutnya Rolak Lanang dan Rolak Wedok.
Dikatakan Rolak
Lanang karena penunggu atau danyang
di pintu air Jagir merupakan setan lelaki dan korban meninggal di pintu air ini
kebanyakan perempuan. Sedangkan dikatakan Rolak Wedok karena penunggu atau danyang di pintu air Wonokromo seorang wanita. Korban meninggal
karena tenggelam / kalap kebanyakan
laki-laki. (red/all)
Lihat video Pintu Air Jagir dan Pintu Air Wonokromo - Surabaya.