Wonokromo,
Surabaya – Siang itu suasana mungkin terlihat
panas, namun tidak dengan suasana di kawasan sekitar pintu air Jagir,
Wonokromo. Daerah sekitar terlihat sejuk karena adanya pintu air yang menghalangi
jalannya cahaya matahari, ditambah lagi dengan bertiupnya angin sepoi-sepoi
yang membuat kita terlena akan keadaan tersebut. Suasana sejuk ini akhirnya
dimanfaatkan oleh warga dan orang sekitar untuk menyisihkan waktunya sebentar
hanya untuk sekedar mencari angin dan duduk santai. Tidak sedikit pula yang
memanfaatkan sungai Jagir sebagai wisata memancing.
Suasana Rolak Lanang saat siang hari. |
Jika di lihat pintu air yang beroperasi
selama 24 jam sehari ini akan terlihat biasa. Bangunan ini bahkan tidak luput
dari munculnya cerita-cerita mitos karena memang usianya yang sudah sejak jaman
kolonial Belanda. Pintu air Jagir ini terkenal dengan mitos adanya siluman
buaya putih yang sering memakan korban. “Kalau saya sendiri belum pernah
melihat, cuman teman saya katanya ada
yang pernah melihat buaya putih di pintu ke tiga,” ujar Mulyadi sambil duduk
santai. Mitos ini semakin dipercaya dengan banyaknya penemuan mayat yang tidak
diketahui asal usulnya dengan jelas. Saat ini banyak yang berkata bahwa sudah
tidak ada lagi mitos tersebut karena buaya putih tersebut dikatakan sudah tidak
lagi berkeliaran di sekitar pintu air Jagir namun di sekitar daerah Wonorejo.
Penemuan mayat pun sudah tidak terjadi.
Meskipun mitos buaya putih tersebut
sudah tidak terbukti lagi, namun ternyata ada penunggu lain yang menyebabkan
pintu air Jagir disebut dengan julukan Rolak
Lanang. “Disini sekarang adanya penunggu laki-laki, biasanya disebut Rolak Lanang. Ada juga Rolak Wedok yang di pintu air Wonokromo,”
kata Sugianto selaku petugas pintu air Jagir. Penyebutan Rolak Lanang karena penunggunya laki-laki dan korbannya perempuan,
sedangkan Rolak Wedok karena
penunggunya perempuan dan korbannya adalah laki-laki.
Rolak Wedok yang korbannya laki-laki. |
Banyak kejadian yang juga terjadi di
pintu air Wonokromo. Sugianto mengatakan pernah ada seorang anak laki-laki yang
masih duduk di bangku Sekolah Dasar, dia datang sendirian dengan masih memakai
seragam sekolahnya. Warga sekitar melihat ia akan masuk kedalam sungai, maka
mereka segera menolong namun anak tersebut malah tidak mau dan ingin tetap
masuk kedalam sungai. Pada akhirnya ada seorang warga yang memukuli pipi anak
tersebut sampai pingsan, barulah ia sadar dan bercerita bahwa ia diajak seorang
perempuan untuk datang kesini, bahkan ia sama sekali tidak mengenal tempat
pintu air Wonokromo.
Selain itu juga menurut Mulyanto selaku
petugas pengoperasian pintu air Wonokromo jika memang ada orang yang tenggelam
di sungai sekitar sini maka harus terlihat seluruh badannya, maka akan
ditolong. Namun jika hanya terlihat kepalanya saja, kemungkinan orang yang
menolong akan ikut terseret kedalam sungai.
Maka dari itu baik dari pihak pintu air
Jagir dan pintu air Wonokromo selalu mengingatkan warga sekitar untuk tidak
mandi di pinggir sungai. Atau jika ada pengunjung yang belum pernah terlihat
masuk ke daerah tersebut, para petugas akan selalu mengingatkan dan waspada
agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. (red/all)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar