Blogger Widgets

Jumat, 11 Juli 2014

Kalau Hanya Kepala yang Terlihat, Jangan Ditolong

Wonokromo, Surabaya ­– Siang itu suasana mungkin terlihat panas, namun tidak dengan suasana di kawasan sekitar pintu air Jagir, Wonokromo. Daerah sekitar terlihat sejuk karena adanya pintu air yang menghalangi jalannya cahaya matahari, ditambah lagi dengan bertiupnya angin sepoi-sepoi yang membuat kita terlena akan keadaan tersebut. Suasana sejuk ini akhirnya dimanfaatkan oleh warga dan orang sekitar untuk menyisihkan waktunya sebentar hanya untuk sekedar mencari angin dan duduk santai. Tidak sedikit pula yang memanfaatkan sungai Jagir sebagai wisata memancing. 

Suasana Rolak Lanang saat siang hari.
Jika di lihat pintu air yang beroperasi selama 24 jam sehari ini akan terlihat biasa. Bangunan ini bahkan tidak luput dari munculnya cerita-cerita mitos karena memang usianya yang sudah sejak jaman kolonial Belanda. Pintu air Jagir ini terkenal dengan mitos adanya siluman buaya putih yang sering memakan korban. “Kalau saya sendiri belum pernah melihat, cuman teman saya katanya ada yang pernah melihat buaya putih di pintu ke tiga,” ujar Mulyadi sambil duduk santai. Mitos ini semakin dipercaya dengan banyaknya penemuan mayat yang tidak diketahui asal usulnya dengan jelas. Saat ini banyak yang berkata bahwa sudah tidak ada lagi mitos tersebut karena buaya putih tersebut dikatakan sudah tidak lagi berkeliaran di sekitar pintu air Jagir namun di sekitar daerah Wonorejo. Penemuan mayat pun sudah tidak terjadi.

Meskipun mitos buaya putih tersebut sudah tidak terbukti lagi, namun ternyata ada penunggu lain yang menyebabkan pintu air Jagir disebut dengan julukan Rolak Lanang. “Disini sekarang adanya penunggu laki-laki, biasanya disebut Rolak Lanang. Ada juga Rolak Wedok yang di pintu air Wonokromo,” kata Sugianto selaku petugas pintu air Jagir. Penyebutan Rolak Lanang karena penunggunya laki-laki dan korbannya perempuan, sedangkan Rolak Wedok karena penunggunya perempuan dan korbannya adalah laki-laki. 

Rolak Wedok yang korbannya laki-laki.
Banyak kejadian yang juga terjadi di pintu air Wonokromo. Sugianto mengatakan pernah ada seorang anak laki-laki yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar, dia datang sendirian dengan masih memakai seragam sekolahnya. Warga sekitar melihat ia akan masuk kedalam sungai, maka mereka segera menolong namun anak tersebut malah tidak mau dan ingin tetap masuk kedalam sungai. Pada akhirnya ada seorang warga yang memukuli pipi anak tersebut sampai pingsan, barulah ia sadar dan bercerita bahwa ia diajak seorang perempuan untuk datang kesini, bahkan ia sama sekali tidak mengenal tempat pintu air Wonokromo.

Selain itu juga menurut Mulyanto selaku petugas pengoperasian pintu air Wonokromo jika memang ada orang yang tenggelam di sungai sekitar sini maka harus terlihat seluruh badannya, maka akan ditolong. Namun jika hanya terlihat kepalanya saja, kemungkinan orang yang menolong akan ikut terseret kedalam sungai.

Maka dari itu baik dari pihak pintu air Jagir dan pintu air Wonokromo selalu mengingatkan warga sekitar untuk tidak mandi di pinggir sungai. Atau jika ada pengunjung yang belum pernah terlihat masuk ke daerah tersebut, para petugas akan selalu mengingatkan dan waspada agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. (red/all)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar